Kabupaten Lampung Barat


Profil

Nama Resmi :Kabupaten Lampung Barat
Ibukota :Liwa
Provinsi :Lampung
Batas Wilayah:Utara: Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan Selatan: Samudera Hindia dan Selat SundaBarat: Samudera Hindia
Timur: Kabupaten Lampung Utara
Luas Wilayah:5.050,01 km²
Jumlah Penduduk:421.878 jiwa
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 17, Kelurahan : 6, Desa : 248
Website:http://lampungbarat.go.id



(Permendagri No.66 Tahun 2011)

Sejarah

     Kabupaten Lampug Barat adalah salah satu pemekaran dari Lampung utara, yag ber Ibukota di Liwa. Pemilihan Liwa sebagai ibu kota Kabupaten Lampung Barat memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini adalah :
  1. tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif
  2. Liwa merupakan persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah yaitu Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung sendiri Tentang asal-usul nama Liwa, menurut cerita orang, berasal dari kata-kata "meli iwa" (bahasa Lampung), artinya membeli ikan. Konon dahulunya Liwa merupakan daerah yang subur, persawahan yang luas, sehingga hasil pertaniannya melimpah. Liwa juga nama salah satu marga dari 84 marga di Lampung.
Skala Beghak, Asal Muasal.
    Sekala Beghak (biasa ditulis Skala Brak), adalah kawasan yang sampai kini dapat disaksikan warisan peradabannya. Kawasan ini boleh dibilang kawasan yang “sudah hidup” sejak masa pra-sejarah. Batu-batu menhir mensitus dan tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat. Bukti, ada tanda kehidupan menyejarah.

       Sebuah batu prasasti di Bunuk Tenuar, Liwa berangka tahun 966 Saka atau tahun 1074 Masehi, menunjukkan ada jejak Hindu di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman Hindu. Ada lagi disebut-sebut bahwa Kenali yang dikenal sekarang sebagai ibukota Kecamatan Belunguh, adalah bekas kerajaan bernama “Kendali” dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L.C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454 – 464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesi, 2007).
      

      Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah kerajaan. Ada yang menyebut kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tulang Bawang, namun bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan. Sedang keyakinan yang terus hidup dan dipertahankan masyarakat khususnya di Lampung Barat serta keturunan mereka yang tersebar hingga seluruh wilayah Sumatera Selatan, menyebutkan Kerajaan Skala Beghak. Pendapat ini juga disokong oleh keberadaan para raja yang bergelar Sai Batin, hingga bukti-bukti bangunan dan alat-alat kebesaran kerajaan, upacara dan seni tradisi yang masih terjaga. Masih banyak bukti lain, namun perlu pembahasan terpisah.

     Kalau membaca peta Propinsi Lampung sekarang, kisaran lokasi pusat Sekala Beghak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi Sumatera Selatan. “Pusat kerajaan” meliputi daerah pegunungan di lereng Gunung Pesagi di daerah Liwa, seputar Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau dan Kecamatan Balik Bukit.

      Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala Beghak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keber¬adaannya turun temurun tewarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala Beghak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.

       Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala Beghak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala Beghak setelah dalam pengaruh “Empat Umpu” penyebar agama Islam dan lahirnya masyarakat adat Sai Batin. Adat dan tradisi terus diacu dalam tata hidup keseharian masyarakat pendukungnya dan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi pengembangan nilai budaya bangsa.

   Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai Batin di Lampung, memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala Beghak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala Beghak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai Batin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala Beghak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur “orang Lampung”. Bahkan keberadaan Skala Beghak, berada dalam kisaran waktu strategis perubahan peradaban besar di Nusantara, dari Hindu ke Islam.

      Bukti kemashuran Sekala Beghak dirunut melalui penuturan lisan turun-temurun dalam wewarah, tambo, dan dalung yang mempertegas keberadaan Lampung dalam peta peradaban dan kebudayaan Nusantara. Kata Lampung itu sendiri banyak yang menyebut berasal dari kata “anjak lampung” atau “yang berasal dari ketinggian”. Pernyataan itu menunjukkan bahwa “orang Lampung” berasal dari lereng gunung (tempat yang tinggi), yang dalam hal ini Gunung Pesagi. Pendapat yang sama juga ditemukan dalam kronik perjalanan I Tsing. Disebutkan kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang bhiksu yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India, dan kembali lagi ke Tiongkok. Ia tinggal di Kuil Xi Ming dan beberapa waktu pernah tingal di Chang’an. Ia menerjemahkan kitab agama Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina. Dalam perjalanannya itu, kronik menulis I Tsing singgah di Sriwijaya pada tahun 671. Ia mengunjungi pusat-pusat studi agama Budha di Sumatera, di antaranya selama dua bulan di Jambi dan setelah itu konon tinggal selama 10 tahun di Sriwijaya (685-695). Dalam perjalanannya itu, I Tsing dikabarkan menyebut nama suatu tempat dengan “To Lang Pohwang”. Kata “To Lang Pohwang” merupakan bahasa Hokian, bahasa yang digunakan I Tsing.

       Ada yang menerjemahkan “To Lang Pohwang” sebagai Tulang Bawang. Salah satunya adalah Prof. Hilman Hadikusuma, ahli hukum adat dan budayawan Lampung tersebut memberi uraian perihal sejarah Lampung, khususnya dalam menafsir To Lang Pohwang sebagai Kerajaan Tulang Bawang. Disebut-sebut berada di sekitar Menggala, ibukota Kabupaten Tulang Bawang saat ini. Meski bekas-bekas atau artefaknya belum terlacak, garis silsilah raja dan istana, komunitas masyarakat pewaris tradisi, dan banyak hal lagi yang masih tidak bisa ditemukan. Tidak hanya dari sudut pandang semantis untuk memaknai kata “To Lang Pohwang”, namun perlu pula didampingi kajian sosiologis dan arkeologis yang lebih mendalam.
     
      Kata “To Lang Pohwang” berasal dari bahasa Hokian yang bermakna ‘orang atas’. Orang atas banyak diartikan, orang-orang yang berada atau tinggal di atas (lereng pegunungan, tempat yang tinggi). Dengan demikian penyebutan I Tsing “To Lang Pohwang” memiliki kesamaan makna dengan kata “anjak lampung”, sama-sama berarti orang yang berada atau tinggal di atas. Sedang atas yang dimaksud adalah Gunung Pesagi.

        Merujuk pada dua pendapat itu, maka penunjukan “orang atas” mengarah pada Suku Tumi yang tinggal di lereng Gunung Pesagi di Lampung Barat. Mereka inilah cikal-bakal Kerajaan Sekala Beghak. Kerajaan ini di kemudian hari ditundukkan oleh para penakluk, mujahid dan pendakwah Islam yang masuk ke Sekala Beghak dari Samudera Pasai melalui Pagaruyung Sumatera Barat. Di bawah Ratu Mumelar Paksi bersama putranya Ratu Ngegalang Paksi, disertai juga para Umpu, empat cucu Ratu Mumelar Paski. Mereka masuk untuk kemudian menguasai kawasan tersebut setelah menundukkan Suku Tumi. Para Umpu, keempat putra Ratu Ngegalang Paksi itulah yang kemudian melahirkan Paksi Pak Sekala Beghak dengan segala kebudayaannya, berkembang dan beranak pinak untuk kemudian menyebar ke seluruh Lampung dan sejumlah daerah. Karena kerajaan Sekala Beghak lama (animisme/dinamisme) telah dikalahkan dan dikuasai sepenuhnya oleh keempat Umpu keturunan Ratu Ngegalang Paksi, maka kemudian adat-istiadat dan kebudayaan yang berkembang dan dipertahankan hingga kini merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Beghak Islam.

      Dalam tambo-tambo dan wewarah, “Empat Umpu” (Umpu Bejalan Diway; Umpu Belunguh; Umpu Nyekhupa, dan Umpu Pernong) banyak disebut memiliki peran sentral dalam membangun masyarakat adat Sai Batin, Paksi Pak Sekala Beghak. Pada periode selanjutnya, penyebaran orang-orang Sekala Beghak ini dapat dirunut dari kisah-kisah tentang kepergian mereka melalui sungai-sungai. Bahkan, sebagian orang-orang Komering pun mengaku sebagai keturunan Sekala Beghak. Mereka diperkirakan keturunan Pasukan Margasana yang dikirim Kerajaan Sekala Beghak ke Komering untuk menghadang serangan sisa-sia prajurit Kerajaan Sriwijaya yang telah runtuh sebelumnya. Seperti halnya keberadaan Suku Ranau sekarang, diakui juga berasal dari Sekala Beghak, Lampung Barat. Di sekitar Danau Ranau di Banding Agung, Ogan Komering Ulu itu semula dihuni Suku Abung yang setelah kedatangan orang-orang Sekala Beghak pada abad ke-15 mereka pindah ke Lampung Tengah.

         Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36), pada abad 15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatera Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala Beghak. Tiga kelompok orang-orang Sekala Beghak itu dipimpin Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyekhupa) menempat. Sementara kelompok yang dipimpin Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau. Empu Sijadi Helau yang disebut-sebut itu bukan Umpu Jadi putra Ratu Buay Pernong, yang menjadi pewaris tahta Buay Pernong. Kemungkinan besar Umpu Sijadi di daerah Ranau tersebut adalah keturunan Kepaksian Pernong yang meninggalkan Kepaksian dan mendirikan negeri baru di Tenumbang kemudian menjadi Marga Tenumbang.

     Ketiga kelompok dari Sekala Beghak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan Paksi Pak Sekala Beghak. Di samping itu, ada kisah-kisah perpindahan orang Sekala Beghak, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia (7/3/07: 04.02), yang dipimpin Pangeran Tongkok Podang, Puyan Rakian, Puyang Nayan Sakti, Puyang Naga Berisang, Ratu Pikulun Siba, Adipati Raja Ngandum dan sebagainya. Bahkan, daerah Cikoneng di Banten ada daerah yang diberikan kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kepaksian Belunguh atas jasa-jasanya, dan banyak orang Sekala Beghak yang migrasi ke sana atau sebaliknya.

       Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala Beghak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala Beghak adalah hulu suatu kebudayaan masyarakat. Dari Sekala Beghak ini juga lahir huruf Lampung yaitu Kaganga. Bagi sebuah kebudayaan, memiliki bahasa dan aksara sendiri merupakan bukti kebesaran masa lalu kebudayaan tersebut. Di Indonesia hanya sedikit kebudayaan yang memiliki aksara sendiri, yaitu Batak, Lampung (Sumatera Selatan), Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis. Dan kebudayaan yang memiliki aksara sendiri dapat dikategorikan sebagai kebudayaan unggul. Karena bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus simbol kemajuan peradaban.

       Semua aksara Nusantara tersebut berasal dari bahasa Palava, yang berinduk pada bahasa Brahmi di India. Bahasa Palava digunakan di India dan Asia Tenggara. Di Nusantara bahasa ini mengalami penyebaran dan pengembangan, bermula dari bahasa Kawi, sebagai induk bahasa Nusantara. Dari bahasa Kawi menjadi bahasa : Jawa (Hanacaraka), Bali, Surat Batak, Lampung/Sumatera Selatan (Kaganga), dan Bugis.
  
        Dari Kerajaan Sekala Beghak yang telah memiliki unsur-unsur “kebudayaan lengkap” ini pulalah “ideologi” Sai Batin dilahirkan dan disebarluaskan. Sampai saat ini, masih banyak yang bisa dibaca dari jejak-jejak yang tertinggal. Baik dari jejak fisik maupun jejak yang tidak kasat mata. Dari legenda, seni budaya, adat tata cara, bahasa lisan tulisan, artefak benda peninggalan, hingga falsafah hidup masih ada runut rujukannya. Dari Sekala Beghak itu di kemudian hari pengaruh budaya dan peradabannya berkembang dan berpengaruh luas ke seluruh Lampung bahkan sampai ke Komering di Sumatera Selatan sekarang. Tidak terhitung kemudian “pendukung budaya”-nya yang tersebar di seluruh Indonesia pada masa kini.

Arti Logo


INDONESIAN:
Perisai bersudut 5 (lima)
Menggambarkan bahwa masyrakat  Lampung Barat sanggup mempertahankan cita-cita bangsa Indonesia dan melanjutkan pembangunan serta memajukan daerah berdasarkan Pancasila.

Siger

(Topi Adat Khas Lampung Barat)
Menggambarkan masyarakat yang mempunyai    4 (empat ) PAKSI atau BUAY ( Kelompok Adat), yaitu Buay Perenong, Buay Belunguh, Buay Jalang Diway dan Buay Nyerupa.

Pita 
berbentuk pintu gerbang bertuliskan “ Lampung Barat” dalam aksara Lampung Berwarna putih, menggambarkan masyarakat asli adalah masyarakat Lampung yang siap menerima kedatangan masyarakat pendatang dan bekerjasama dalam membangun daerah.

Jumlah biji kopi 24 buah
dengan daun 9 lember serta biji padi 91 butir, menggambarkan peresmian kabupaten lampung barat pada tanggal 24 september 1991

Bambu buntu beruas 5 ( lima)

menggambarkan kabupaten lampung barat merupakan daerah tingkat II yang ke-Lima keberadaannya di Provinsi Lampung.

Perisai kecil 
yang didalamnya terdapat pegunungan, daun dan air, menggambarkan bahwa wilayah lampung barat merupakan dataran tinggi yang terdiri dari hutan lindung dan pertanian.

Air dengan 6 (enam) Alur
melambangkan bagian barat merupakan daerah pantai samudra Hindia dan disahkan sebagai kabupaten berdasarkan UU no 6/1991, juga melambangkan enam tatanan adat masyarakat asli.

Keris dan tombak
melambangkan senjata asli masyarakat yang dipergunakan untuk membela diri dari berbagai ancaman

Pesona Wisata Lampung Barat
      Dengan dikelilingi pegunungan Bukit Barisan Selatan, Kabupaten Lampung Barat menawarkan cuaca dan udara yang sejuk. Didukung juga kekayaan ekosistem lembah dan pantai serta kehidupan kemasyarakatannya, Lampung Barat memberi banyak pilihan pada pengunjung untuk menikmati perjalanan.Keragaman objek dan daya tarik wisata yang didominasi alam, diperkaya dengan khasanah seni budaya dan kehidupan kemasyarakatan, menjanjikan beragam kombinasi paket atraksi wisata untuk dieksplorasi. Atraksi utama yang siap dijelajahi adalah :

  1. Wisata Budaya dan Sejarah
        Adat Budaya Lampung Barat sangatlah khas, mengingat Lampung Barat merupakan asal usul Lampung atau dikenal dengan The Origin of Lampung. Di Lampung Barat terdapat Upacara Adat yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Lampung Barat. Upacara Adat tersebut dilakukan pada saat Menyambut Tamu Agung, Pengangkatan Raja, Pernikahan. Upacara Adat yang dilakukan diantaranya seperti Nyambai Agung, Alam Gemisikh, Upacara adat Pernikahan dan Upacara Pengangkatan Raja.
Ø Situs Purbakala
       Peninggalan kuno yang terletak di pekon Purawiwitan, 60 km dari Liwa ini berupa komplek Batu Menhir yang tersusun rapi di duga merupakan empat pertemuan & pemujaan leluhur pada jaman purbakala.
Selain itu juga terdapat situs prasejarah Batu Brak, situs prasejarah Batu Jagur, situs Batu Temang Purajaya, ada juga Air Terjun Kubu Batu, Air Terjun Umbul Batu, Air Terjun Sepapa Kanan, Air Terjun Sepapa Kiri.

Ø Makam Gajah Mada
       Makam yang terletak di Pugung Tampak dipercaya merupakan Makam Maha Patih Kerajaan Majapahit yang terkenal yaitu Patih Gajah Mada. Konon dahulu kala Kapal yang ditumpangi Patih Gajah Mada tenggelam di perairan Pugung, setelah tiba di Pugung Patih Gajah Mada jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pekon Pugung.

Ø Rumah Tradisioanal di Kenali
rumah-adat-lampung-barat
Di desa Sukadana Kenali terdapat Rumah Tradisional asli Lampung Barat yang sampai saat ini masih terjaga.





Ø Event Budaya
      Seperti Pesta Sekura yang diadakan setiap hari Lebaran dan Festival Teluk Stabas yang di adakan setiap bulan July, kegiatan pada Festival Teluk Stabas meliputi : Arung Jeram, Jelajah Alam, Kebut Wisata Liwa, Layang-layang, Atraksi Damar, Volley Pantai, Kebut Gunung Pesagi, Pacu Kambing, Muayak, Lomba tari Kreasi, Lomba Lagu Daerah, Lomba Muli-Mekhanai.

Ø Desa Wisata Hujung
       Suasana alam pedesaan yang begitu menyatu dengan alam, kta dapat tinggal di rumah – rumah adapt yang berciri khas Lampung Barat dengan konsep Homestay, sehingga kita dapat merasakan keseharian masyarakat pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk daerah perkotaan. Konsep ini juga memungkinkan kita untuk terjun langsung melakuka n aktifitas mereka misalnya bercocok tanam di sawah, mandi di sungai dll.

     2. Wisata Alam
     Dengan dikelilingi oleh Bukit Barisan Selatan dan Gunung Pesagi , Lampung Barat menawarkan cuaca dan udara yang sejuk serta memiliki pesona Alam yang menakjubkan.

Ø Gunung Pesagi
559dd3a6e1bfe9fb184b147bb31314a3indonesia
    Gunung Pesagi merupakan gunung tertinggi di Lampung dengan ketinggian 2000 m dpl.
Dibalik pesonanya yang begitu eksotik , gunung ini menyimpan berjuta tantangan bagi para pendaki. Setiap tahunnya gunung ini banyak dikunjungi para pendaki baik dari sekitar Provinsi Lampung maupun dari Pulau Jawa , Apalagi setiap tahunnya Pemda Kabupaten Lampung Barat mengadakan event Kebut Gunung Pesagi.

Ø Danau Ranau, Lumbok
dana-ranau-5
Danau Ranau adalah salah satu danau yang cukup terkenal di Lampung. Saat ini Danau Ranau terbagi menjadi dua bagian yaitu Palembang dan Lampung Barat, Danau Ranau bagian Lampung Barat terletak di pekon Lombok Lampung Barat , 24 km dari Liwa, Danau ini di kelilingi bukit bukit dan Gunung Seminung.

ranau_blog
Disini telah di bangun Fasilitas Hotel, Ruang Rapat, Ruang Santai serta Cottage – cottage yang berciri khas Rumah adat yang tersebar di di tepi danau.





 
pemandian-air-panas
Untuk Rekreasi disediakan Perahu Motor dan Perahu dayung (jukung), selain itu disana kita juga dapat menikmati pemandian air panas alami dari mata air di kaki Gunung Seminung.





 
Ø Arung Jeram Way Besai
besau
Dikenal memiliki Jeram Kelas II, sehingga tidak heran jika setiap tahunnya banyak orang berkunjung kesini untuk melakukan kegiatan Arung Jeram, dan pengunjungnya tidak hanya yang berasal dari Lampung tapi juga banyak yang datang dari luar Lampung seperti Jawa dll.
 
Ø Air Terjun Purajaya
        Air terjun dengan ketinggian 20 m ini terletak di Pekon Purajaya, 60 km dari Liwa. Ciri khas air terjun ini adalah air yang jatuh bertingkat tiga. Panorama alam menuju lokasi sangat mempesona, dengan hamparan areal pesawahan yang yang menghijau dengan diselingi tambak.

Ø Panas Bumi Suoh
         Terdapat Sumber Panas Bumi di Kecamatan suoh.

        3. Wisata Bahai  
  • Sunset Labuhan Jukung

sunset-labuhan-jukung
Selain keindahan dan kebersian Pantainya, di Labuhan Jukung kita juga dapat menikmati suasana dikala mata hari terbenam ( Sunset ) yang tak kalah indah dengan Pantai Kuta Bali.





  • Surfing di Pantai Tanjung Setia
sumatrasurfimage13
Obyek wisata yang satu ini adalah obyek wisata yang paling terkenal sampai ke luar negri.
Dengan ketinggian ombak 5 m dan panjang gelombang 200 m, Tanjung Setia menjadi salah satu Pantai dengan ombak tertinggi di dunia, setiap tahunnya tidak kurang dari 100.000 wisatawan asing yang berasal dari Australia, Portugal, Belanda, Jepang dan Amerika berkunjung ke pantai ini untuk melakukan aktifitas Surfing.

  • Fishing Blue Merlin
inf-blue-merlin
Merupakan suatu aktifitas Pemancingan Internasional ikan Blue Merlin, tidak sedikit wisatawan mancanegara yang melakukan aktifitas pemancingan Blue Merlin di sini.
Blue Merlin adalah ikan yang habitatnya hanya di Perairan Pesisir. Dengan telah di bangunnya Dermaga Tembakak, kita dapat melakukan aktifitas pemancingan Ikan Blue Merlin mulai dari Lemong hingga Bengkunat
 
      4. Wisata Hutan ( Wana Wisata)
  • Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan salah satu warisan dunia di bidang hutan khususnya Hutan Tropis, dengan segenap keanekaragaman hayati serta Air Terjun Kubu Perahu.
  1. Wisata Agro
  •  Perkebunan Kopi Robusta
foto-kopi-liwa4
Perkebunan sepanjang Way Tenong, Sumber Jaya dan Sekincau sebagai sentra-sentra penghasil sayur mayur, buah-buahan dan komoditas hortikultura.








Sumber: http://arthaliwa.wordpress.com/wisata-lampung-barat/